Sembilan surat kabar yang pernah terbit di zaman Pemerintahan Belanda di Kalimantan Barat mencuri perhatian pengunjung saat pameran surat kabar Seratoes  248, 100 tahun Surat Kabar dan 248 tahun Kota Pontianak, di Kantor Biro Antara Kalbar, Selasa (15/10).

Kesembilan surat kabar tersebut adalah Halilintar, Soeara Borneo, Warta Borneo, Kapoeas Bode, Oetoesan Borneo, Matahari Borneo, Borneo Barat, Borneo Shimbun, serta potongan halaman depan surat Borneo Barat Bergerak.

Inisiator kegiatan, Ahmad Sofian menuturkan ada 41 komunitas yang ikut serta dalam pameran Koran atau surat kabar lama ini.  Menurutnya, surat kabar pertama di Kalbar bernama Borneo Barat Bergerak.  Surat kabar itu terbit kali pertama 1 Oktober 1919, ungkapnya.  Selain di Kantor Antara Kalbar, pameran ini juga akan dihelat di beberapa tempat lain yaitu Kafe Daun Lebar Jalan Sepakat I, Warung Kopi Bos Jalan M. Sohor, dan PMK Co Working Space Jalan Wonoyoso.  Pameran ditutup pada akhir Oktober mendatang.

Ahmad berharap melalui pameran ini warga Kota Pontianak bisa mengetahui dua momentum sejarah besar.  Untuk Koran berasal dari berbagai periode mulai dari Hindia Belanda, Pendudukan Jepang, kemerdekaan, Orde lama dan Orde Baru, ujarnya.  Ia menambahkan, dari dua belas surat kabar yang pernah terbit, ada Sembilan file utuh yang ditampilkan.  Kedepannya juga  aka nada tambahan Koran di zaman pendudukan Jepang.  Kegiatan ini dinilanya bisa membawa para pengunjung bernostagia. Selain itu, ada juga pesan yang ingin disampaikan yaitu mengajak pengunjung untuk tidak melupakan sejarah.  Menurutnya, keberadaan surat kabar dari masa ke masa tidak hanya menyajikan cerita atau berita. Sesungguhnya surat kabar juga mengungkap serta menyajikan fenomena sosial, ekonomi, budaya, politik, hankam dan lainnya.  Di tempat yang sama, Kepala Perum LKBN Antara Biro Kalbar, Teguh Imam Wibowo, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya dari sini bisa mengenalkan masyarakat tentag perkembangan jurnalistik di Kalbar.  “Disrupsi teknologi membuat Koran atau media cetak semakin terdesak, namun sesungguhnya media cetak tidak akan benar-benar mati karena 100 tahun lalu sud/ah terbit di Kalbar,” ujarnya.  Antara selaku satu-satunya kantor berita resmi milik negara tetap ingin menjaga dan menjadi bagian dari sejarah tersebut. Terbitnya Koran sejak seratus tahun lalu, menunjukkan bahwa Kalbar memiliki peran penting dalam perkembangan literasi.  Saat pembukaan kegiatan, antusiasme pengunjung begitu terasa. Hal itu mengindikasikan bahwa rasa keingintahuan pengunjung untuk melihat sejarah perkembangan surat kabar begitu tinggi.

Sumber : Pontianak Post