Relawan Baca Kalbar; Sosok Inspirasi Menuju Generasi Gemar Membaca (3)

Varly Pay Sandi salah satu sukarelawan yang aktif mengampanyekan budaya baca di Pontianak hingga ke daerah. Dalam menjalankan misinya, ia dan teman-teman mengeluarkan biaya dari kantong pribadi. Tujuannya satu. Mengajak segenap generasi muda “menikmati” buku.

MARSITA RIANDINI, Pontianak 

ROBOHNYA Surau Kami adalah buku yang membuat daya baca pria yang akrab disapa Pay ini terpancing. Pay yang saat itu masih duduk di sekolah menengah pertama mulai mengoleksi buku dan rajin membacanya, terutama buku sastra dan ensiklopedia.

Setiap hari, Pay selalu menyempatkan membaca buku. Sebulan, sedikitnya empat buku dibaca. Buku yang berjumlah  70-100 halaman bisa dilahapnya sekali duduk atau sekitar dua hingga tiga jam. Sukarelawan di Kampung Literasi ini mengaku lebih asyik membaca di waktu malam.

Pay juga pernah ikut dalam kegiatan literasi nusantara yang dilaksanakan di Yogyakarta dan Hari Aksara Internasional di Kuningan, Jawa Barat. Bersama  komunitas Ngemil Buku Kalbar, Pay aktif melapak buku-buku di Taman Digulis, atau Tugu Khatulistiwa maupun beberapa tempat lainnya. “Sasarannya, anak-anak yang asyik bermain di taman bisa membaca buku di lapaknya,” kata pria berkacamata ini.

Cara lain untuk menularkan virus membaca dilingkungannya,  Pay biasanya memilih menghadiahkan buku pada orang terdekatnya yang jarang membaca buku.

Pada tahun 2009 ia mulai aktif bergabung dengan komunitas literasi. Diskusi-diskusi pun dilakukan, terutama dengan penulis-penulis Kalbar. Pelan-pelan ia mulai aktif mengampanyekan budaya baca. Mulai dari warung kopi hingga ke daerah-daerah.

Tahun 2016, Pay dan beberapa temannya pun  mendirikan Komunitas Kalbar Membaca. Mereka merealisasikannya tanggal 21 April 2016. Kalbar membaca lebih banyak bergerak di daerah, seperti di Mempawah, Sanggau, Kubu Raya, Landak dan Sekadau.

Ada dua pencapaian yang ingin mereka realisasikan. Diantaranya terbentuknya komunitas baca dan menulis di daerah atau di sekolah yang mereka kunjungi dan menerbitkan karya tulis. “Dalam waktu dekat Kalbar membaca akan ada cabang, di Sintang dan Sekadau,” kata dia.

Umumnya, ketika berkunjung ke daerah-daerah yang menjadi sasaran dari Kalbar Membaca adalah sekolah-sekolah. Mereka menjalin kerjasama dengan pihak sekolah. Tulisan dari siswa-siswi tersebut di bukukan.

Buku-buku yang sudah diterbitkan, akan diserahkan kepada pihak sekolah untuk disebarkan. “Terserah mereka mau jual atau sekadar bagikan ke siswanya. Kalau di jual, uangnya buat komunitas mereka yang sudah terbentuk,” ulas dia.

Dia menilai, literasi di Kalbar untuk wilayah formal atau sekolah masih perlu ditingkatkan. Termasuk kunjungan ke perpustakaan sekolah dengan menyiapkan buku-buku bacaan yang sesuai kebutuhan peserta. Jika ada bantuan, sebaiknya kata dia buku-buku disalurkan pada rumah baca yang dikelola sukarewalan yang sudah mendirikan rumah baca. Mobil keliling juga bisa mangkal di sekolah-sekolah.

Kalbar Membaca juga punya keinginan untuk mendirikan taman baca. Mereka juga merangkul komunitas lain untuk bekerjasama. (*)