Puluhan orang memenuhi ruang depan kantor LKBN Antara Kalbar, Selasa (15/10). Mata mereka tak lepas dari selembar papan di tengah raungan dengan lembaran kertas berwarna emas hitam, kumpulan lambar surat kabar tua Kalbar.

Beberapa surat kabar tua yang dipamerkan adalah surat kabar Halilintar, Soeara Borneo, Warta Borneo, Sinar Borneo, Oetoesan Borneo, Matahari Borneo, Borneo Barat, Borneo Shimbun, serta potongan halaman depan surat Borneo Barat Bergerak. Koran yang dipamerkan berasal dari berbagai periode mulai dari Hindia Belanda, pendudukan Jepang, kemerdekaan, Orde Lama dan Orde baru.

Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa perkembangan surat kabar sudah 100 tahun di Kalbar. Masyarakat bisa mengetahui seperti apa Koran yang dicetak pada tahun 1924. Jika dibandingkan dengan zaman sekarang sebenarnya tidak terlalu banyak perbedaan. Namun penggunaan ejaan yang terlihat berbeda.

Kreativitas dari segi iklan juga bisa terlihat. Banyak produk yang sudah ada dari dulu dan diiklankan di surat kabar. Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian Seratoes 248, 100 tahun Surat Kalbar dan 248 tahun Kota Pontianak. Inisiator kegiatan Ahmad Sofian, mengatakan sebanyak 41 komunitas ikut serta dalam pameran koran atau surat kabar lama yang disebut ‘Seratoes – 248’. Dengan mengambil makna dua kejadian di Oktober 2019 yang hanya akan terjadi satu kali.

“Surat kabar pertama di Kalbar adalah Borneo Barat Bergerak yang terbit 1 Oktober 1919, dan hari jadi Pontianak 23 Oktober 1771,” ujarnya saat pembukaan secara resmi pameran Koran langka tersebut mulai dipamerkan di Kantor LKBN Antara Kalbar, Selasa (15/10). Pameran koran langka rencananya di beberapa lokasi selain lokasi pembukaan. Tempat lainnya adalah Kafe Daun Lebar di Jalan Sepakat 1, Warung Kopi BOS di Jalan M. Sohor, dan PMK Co-Working Space di Jalan Wonoyoso.

“Pameran koran langka ini akan dilaksanakan hingga akhir Oktober 2019,” ujarnya. Panitia berharap, melalui agenda pameran tersebut warga Kota Pontianak mengetahui dua momentum sejarah yang besar. Sejarah masa lalu dipergunakan untuk mengembangkan masa depan. “Kegiatan yanh terselenggara ini dilakukan secara swadaya dan crowdfunding dengan membuat dan menjual kaos kegiatan,” katanya.

Keberadaan surat kabar dari masa ke masa tidak hanya menyajikan cerita atau berita. Namun juga mengungkap serta menyajikan fenomena social, ekonomi, budaya, politik, hankam dan lainnya. “Menjadi jendela masa serta warisan suasana, peninggalan juga pemikiran antar generasi,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Perum LKBN Antara Kalbar, Teguh Imam Wibowo menyambut baik kegiatan tersebut karena dapat mengenalkan kepada masyarakat tentang perkembangan jurnalistik di Kalbar. “Disrupsi teknologi membuat koran atau media cetak semakin terdesak, namun sesungguhnya media cetak tidak akan benar-benar mati karena 100 tahun lalu sudah terbit di Kalbar,” jelasnya.

Menurutnya, hal itu menunjukkan Kalbar memiliki peran penting dalam perkembangan literasi di Indonesia. Mungkin sekarang media cetak akan semakin tenggelam. Namun hal itu tidak terlalu bisa diyakini sebab sejak 100 tahun yang lalu sebenarnya media cetak sudah ada. “Saya mengajak kalangan muda dan masyarakat untuk tahu sejauh mana perkembangan media cetak di Kalbar,” ujarnya.

Sumber : Suara Pemred