Tradisi robo-robo yang dilakukan setiap Rabu, minggu ketiga, bulan Safar pada penanggalan Hijriah, selalu menarik perhatian. Di Kabupaten Sekadau, tradisi ini secara turun-temurun masih dilestarikan.

Seperti yang dilakukan masyarakat Desa Tanjung Kecamatan Sekadau Hilir, dimana masyarakat yang berada di wilayah delta Sungai Sekadau dan Kapuas itu melakukan Robo-robo, Rabu 23/10).  Masing-masing warga membawa makanan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Semuanya duduk melantai, berkumpul dan membaur satu dengan yang lainnya. Setiap tahunnya, tradisi ini pun dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

“Entah karena ekonomi atau perkawinan orang meninggalkan kampong halamannya. Sehingga orang tua zaman dulu dibuatlah hari khusus agar semua dapat bertemu dan berkumpul kembali, maka ditetapkanlah pada bulan Safar, hari Rabu, minggu ketiga sebagai hari pertemuan dan kemudian berjalan lama-kelamaan menjadi tradisi hingga saat ini,” kata M. Yusuf salah satu tokoh masyarakat.

Pada hari itu, kata dia, keluarga yang dari jauh kembali ke kampong halaman untuk bertemu dengan keluarganya. Tradisi ini juga sebagai perekat tali persaudaraan, keakraban hingga silatuhrahmi. Tradisi ini memiliki nilai atau makna untuk kehidupan bermasyarakat.  “Di Sekadau ada beberapa tempat yang melaksanakannya. Tidak ada tolak bala. Ada doa bersama dimaksud untuk meminta keselamatan, dijauhkan dari bencana, diberi keselamatan, dimurahkan rezeki dan dijauhkan dari perselisihan,” ungkap Yusuf.

Sementara itu, Kepala Desa Tanjung, Syamsudin mengatakan, pihaknya sangat mendukung tradisi tersebut agar terus dilestarikan. Mengingat, setiap tahunnya tradisi robo-robo telah dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tanjung.  “Jadi, dua hari sebelum acara robo-robo ini masyarakat sudah ada persiapan,” tutur Syamsudin.  Ia menjelaskan, dalam tradisi ini masyarakat masing-masing membawa makanan ke tempat yang sudah disiapkan. Pada saat makan bersama, masyarakat dapat saling bertukar lauk dan sayuran.

“Kami berharap tradisi robo-robo ini menjadi agenda kabupaten dan kami siap memfasilitasinya. Apalagi ini ajang kebudayaan yang perlu dilestarikan agar tidak punah. Mudah-mudahan kedepan lebih ditingkatkan dan dapat dimeriahkan dengan acara-acara lainnya,” tukasnya.

Sementara itu Pemerhati kKearifan Lokal Sekadau Abang Mohd. Firman budaya masyarakat Melayu, dan aktivitas tersebut sangat banyak nilai yang dapat diambil dan dirasakan oleh masyarakat.  “Seperti sebagaimana pepatah mengatakan duduk sama rendah berdiri sama tinggi, artinya kita selaku manusia sama-sama saling menghargai dalam perbedaan, dan juga arti lain adanya persatuan dan kesatuan serta rasa kekeluargaan,” ujarnya.

Menurutnya, pelestarian adat dan budaya di Sekadau khususnya Melayu tentu harus tetap dijalankan, Karena ini sebagai aset budaya yang generasi selanjutnya wajib dilaksanakan.  “Sebagai aset budaya, tentu generasi p0enerus yang akan melanjutkannya, karena tradisi ini bagus untuk mempererat silaturahmi,” ungkapnya.

Sumber : Suara Pemred