Hasil tenun kain corak insang menjadi pakaian sehari-hari masyarakat Melayu Pontianak. Periode itu pula muncul beberapa motif tenun corak insang, antara lain Corak Insang Berantai, Corak Insang Bertangkup, Corak Insang Delima, Corak Insang Awan, Corak Insang Berombak, Corak Insang Bertapak Besar dan lainnya.

Di awal perkembangannya, kain tenun corak insang dihasilkan dari pengaruh kehidupan dan budaya masyarakat Melayu Pontianak yang mendiami kawasan sepanjang Sungai Kapuas. Kehidupan sebagai nelayan yang menjadi profesi masyarakat ini menjadikan ikan sebagai salah satu media pengungkapan atau diwujudkan sebagai ekspresi seni yang dijabarkan sebagai motif atau corak dari hasil tenunan yang dihasilkannya.

Ikan yang dimaksudkan tersebut bukanlah gambar seekor ikan secara utuh, tetapi salah satu bagian terpenting dari anatomi ikan, yaitu yang paling vital yang oleh masyarakat Melayu Pontianak dinamakan dengan insang ikan. Inilah yang dijadikan sebagai subyek manifestasi apresiasi masyarakat penghasil kain tenun tersebut.

Dalam pertumbuhan dan kemudian perkembangan budayanya, apresiasi akan insang tersebut menjadi suatu kesepakatan budaya masyarakat Melayu Pontianak untuk mengidentifikasikan hasil tenunan mereka dengan sebutan Kain Tenun Corak Insang. Meski demikian, sebetulnya pada masa yang bersamaan di awal pertumbuhan dan mula perkembangan tenun corak insang tersebut, masyarakat Melayu Pontianak juga menghasilkan hasil tenun tradisional yang dikenal dengan nama Tenun Sisip dan Tenun Celup atau Tenun Ikat.

Untuk membedakan antara kain tenun corak insang dengan dua jenis disebutkan terakhir tadi, dimana Tenun Sisip adalah penenunan yang khusus untuk mengerjakan kain bersulamkan kelingkang, seperti kain tabir, selendang, bahan baju dan kain untuk pengantin. Biasanya kain Tenun Sisip ini diperkenalkan dengan nama Kain Belande atau juga Tenun Tumpu. Sedangkan Tenun Celup atau tenun Ikat adalah tenunan khusus untuk mengerjakan kain insang dan juga kain pelekat. Ukurannya lebih panjang sehingga dinamakan dengan Tenun Gantung.

Sebetulnya penamaan corak insang untuk hasil tenunan tradisional masyarakat Melayu Pontianak ini yang terinspirasikan dari insang ikan, juga megandung makna filosofis didalamnya. Makna filosofis tersebut antara lain menggambarkan alat kehidupan, yaitu pernapasan pada ikan. Ini mengandung makna sebagai hasil akal-budi untuk menunjang kehidupan. Kemudian mengandung pengertian sebagai bagian dari kehidupan masyarakat pesisir yang mendiami sepanjang aliran Sungai Kapuas yang dikenal luas sebagai nelayan. (Hendry, dari kampong wisata tenun khatulistiwa.com)

Aneka info seputar tenun corak insang, bisa diperoleh di Kampung Wisata Tenun Khatulistiwa, Jl. Khatulistiwa Gg. Sambas Jaya Kelurahan Batulayang, Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak.

Sumber : Pontianak Post