Analisis Program Library Creative Center Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat

oleh : Atiqa Nur Latifa Hanum, Sisilya Saman, Sahidi (FKIP Universitas Tanjungpura)

0
312

Abstrak

Program library creative center atau disingkat LCC merupakan program layanan yang dapat mengembangkan bakat dan minat masyarakat yang telah diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat sejak tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah layanan program LCC pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan obyek penelitiannya adalah individu, kelompok, dan masyarakat yang terlibat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Analisis datanya dilakukan dalam tiga tahap, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa program LCC telah memberdayakan masyarakat dengan menyediakan pelatihan-pelatihan berupa 1). Pelatihan Komputer Dasar, 2). Pelatihan kerajinan tangan, dan 3) Pelatihan bahasa Inggris dasar. Program LCC memiliki target sebagai program yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan kreatifitas dalam rangka meningkatkan taraf ekonomi dan kehidupan masyarakat. Pengawasan program dengan membuat informasi dan laporan setiap kegiatan. Kendala yang dihadapi program LCC adalah minimnya anggaran untuk mengadakan program-program pelatihan. Solusi yang dilakukan adalah menyesuaikan anggaran yang ada dengan program yang akan dilaksanakan serta melaporkan kepada pihak atasan untuk ditindak lanjuti. Evaluasi keberhasilan program LCC dilihat dari kegiatan peserta yang dilakukan setelah berpartisipasi dalam program LCC.
Kata Kunci: Inklusi Sosial, Program LCC

Abstract

The library creative center program or abbreviated as LCC is a service program that can develop the talents and interests of the community that has been organized by the Office of the Library and Archives of West Kalimantan Province since 2018. This research uses a case study method with a qualitative approach. The subjects in this study were the LCC program services at the Office of the Library and Archives of West Kalimantan Province. While the object of research is the individuals, groups, and communities involved. Data collection techniques were carried out by collecting primary and secondary data. The data analysis was carried out in three stages, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the study show that the LCC program has empowered the community by providing trainings in the form of 1). Basic Computer Training, 2). Handicraft training, and 3) Basic English training. The LCC program has a target as a program that can increase knowledge and creativity in order to improve the economic standard and people’s lives. Program supervision by making information and reports on each activity. The obstacle faced by the LCC program is the lack of budget for conducting training programs. The solution is to adjust the existing budget with the program to be implemented and report it to the superiors for follow-up. The evaluation of the success of the LCC program is seen from the activities of the participants after participating in the LCC program.
Keywords: Social Inclution, LCC Program

PENDAHULUAN

Pemanfaatan perpustakaan kini tidak sebatas hanya untuk membaca saja tetapi berkembang sebagai co-working space, ruang diskusi ilmiah, bahkan creative space. Namun tidak semua perpustakaan memiliki kemampuan bertransformasi secepat itu. Indonesia yang masih dalam transisi dari negara berkembang ke negara maju memerlukan perbaikan dari sisi sumber daya manusia yang andal. Salah satunya melalui perpustakaan, diharapkan dapat menjembatani terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif. Sehingga munculah inisiasi dari Perpustakaan Nasional RI agar semua perpustakaan khususnya perpustakaan umum berkembang sebagai sarana inklusi sosial.

Menilik dari maknanya, inklusi sosial adalah upaya menempatkan martabat dan kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal. Melalui inklusi sosial, program peduli mendorong agar seluruh elemen masyarakat mendapat perlakuan yang setara dan memperoleh kesempatan yang sama sebagai warga negara, terlepas dari perbedaan apapun. Inklusi sosial adalah sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka, mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan (Warsilah, 2015).

Berdasarkan pemaknaan tersebut maka bisa disimpulkan bahwa sebenarnya implementasi inklusi sosial menjadi solusi atas kurangnya kemampuan dan keterampilan masyarakat. Penerapan inklusi sosial di perpustakaan akan memberi dampak positif jika masyarakat sasarannya tepat. Dengan demikian, masyarakat akan mendapat dampak perubahan secara langsung yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan baik dalam bidang pendidikan maupun ekonomi melalui pelibatannya dalam program transformasi perpustakaan.

Hal tersebut yang mendasari semua perpustakaan umum, termasuk Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat membuat inovasi layanan baru, yakni program Library Creative Center yang selanjutnya disingkat LCC. Awalnya layanan ini hanya memfasilitasi para mahasiswa dan komunitas tertentu untuk berbagi kreativitas dan ide sehingga para anggota dan masyarakat umum bisa mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru. Jadi hanya sebatas kegiatan saja. Namun mulai tahun 2018, Perpustakaan Nasional RI mengajak dinas perpustakaan provinsi bertransformasi menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial dimana kegiatan yang dilaksanakan harus memberikan dampak langsung kepada masyarakat yang terlibat.

Sejauh ini beberapa program telah berhasil dilaksanakan oleh bidang pengembangan sumber daya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat dengan melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatannya seperti pelatihan bahasa Inggris, craft bagi Ibu-Ibu rumah tangga, dan belajar tahsin. Kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat, namun dalam implementasinya tidak dapat dilakukan setiap waktu secara rutin. Hal tersebut terkendala karena anggaran yang terbatas yang hingga pada saat ini masih mengandalkan APBD dan kurangnya sinergi dengan pihak lain. Oleh sebab itu, mereka masih menjadikan LCC sebagai wadah kreativitas masyarakat saja. Sangat disayangkan jika manfaat yang besar dari program ini tidak dirasakan oleh masyarakat luas yang benar-benar membutuhkan. Perlu adanya strategi, monitoring, serta evaluasi agar program dapat berkembang membantu masyarakat.

Mengingat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat masih yang terbawah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020), IPM Kalimantan Barat menurut provinsi berada diperingkat 29 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Beberapa daerah di Kalimantan Barat butuh perhatian dan percepatan program perpustakaan berbasis inklusi sosial agar SDM di Kalbar dapat bangkit dan bersaing dengan provinsi lain (Statistik, 2021).

Program LCC pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat mengemban tugas yang besar yang seharusnya bukan semata hanya sebagai wadah kegiatan saja tetapi diharapkan menjadi role model bagi perpustakaan umum di setiap kabupaten. Ada strategi yang dapat dilakukan seperti: 1. Make the library a welcoming place 2. Being kind, personable, and compassionate can go a long way 3. Librarians also need to understand their users, free from preconceived assumptions 4. We need to listen 5. We need to re-imagine how our library needs to look to accommodate user needs (Gill, 2001).

Berdasarkan uraian tersebut, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana program LCC dapat mendorong pelibatan masyarakat sehingga berdampak langsung bagi masyarakat pemakai. Tujuannya untuk menganalisis program LCC yang ada pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat sehingga dapat menjadi role model perpustakaan berbasis inklusi sosial bagi perpustakaan umum lainnya di Kalimantan Barat.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif.Tujuan penelitian ini dapat menganalisis secara intensif keadaan sekarang dan interaksi unit sosial baik individu, kelompok pemustaka, ataupun masyarakat yang terlibat dalam program Library Creative Center (LCC) berbasis inklusi sosial. Subyek dalam penelitian ini adalah layanan program Library Creative Center pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan obyek penelitiannya adalah individu, kelompok, dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan pada program LCC. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primernya diperoleh secara langsung dari wawancara semi terstruktur kepada para informasi yang dianggap memiliki kredibilitas dan representatif. Analisis datanya dilakukan dalam tiga tahap, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Uji validitas, peneliti melakukan triangulasi sumber, teknik, dan waktu serta member check.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian pembahasan ini, peneliti akan mengungkapkan temuan-temuan penelitian di lapangan yang akan didukung juga dengan teori-teori yang relevan terkait implmentasi program library creative center pada Dinas Perpustakaan dan Kerarsipan Provinsi Kalimantan Barat. Secara garis besar, Hasil temuan penelitian yang akan peneliti bahas terdiri dari program-program yang dijalankan oleh LCC bagi masyarakat, target yang ingin dicapai oleh program LCC untuk masyarakat, monitoring kegiatan LCC yang berlansung, kendala yang dihadapi dalam menjalankan program LCC, serta evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program LCC sebagai program inklusi sosial bagi perpustakaan.

1.Program LCC untuk Masyarakat

Mewujudkan program perpustakaan yang berbasis inklusi sosial, tentuntunya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat perlu melakukan inovasi-inovasi yang dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan informasi masyarakat yang ada di wilayah provinsi Kalimantan Barat. Hal ini sesuai dengan definisi perpustakaan umum Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan yang dimaksud Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial.

Kepala perpustakaan nasional Republik Indonesia telah menetapkan standar tentang perpustakaan umum pada tahun 2011 sebagai perpustakaan yang diperuntukan sebagai sarana belajar dan pembelajaran untuk masyarakat sepanjang hayat (Zein & Wuryani, 2011). Selanjutnya definisi perpustakaan umum menurut IFLA merupakan perpustakaan yang menyuguhkan berbagai layanan dengan prinsip keadilan, keadilan di sini tanpa danya deskriminasi terhadap suku bangsa, jenis kelamin, usia, penyandang difabel, kelas sosial dan ekonomi, sert agama (Mahdi, 2020).

Berdasarkan definisi perpustakaan Undang-Undang No.43 Tahun 2007 dan menurut IFLA, dapat diambil intisari bahwa sebagai penyedia sarana pembelajaran sepanjang hayat tentunya perpustakaan umum bukan hanya sekadar menyediakan sarana belajar seperti buku, akan tetapi perpustakaan tentunya memberikan layanan yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat untuk saat ini dan di masa yang akan datang. Layanan-layanan yang dimaksud dapat menyediakan program-program yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Tujuannya agar masyarakat dapat menambah pengetahuannya dan meningkatkan kesejahteraannya dari berbagai pelatihan dari program Library Creative Center (LCC). Program ini berdiri sejak tahun 2015 sebagai upaya perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan provinsi Kalimantan Barat dalam mewujudkan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Layanan perpustakaan yang berbasis inklusi sosial merupakan wujud transformasi layanan perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan provinsi Kalimantan Barat dengan melakukan pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan melalui Pendidikan dan pelatihan keterampilan. Kebutuhan masyarakat terhadap informasi dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas hidup sepatutnya menjadi landasan pokok sebuah perpustakaan berdiri (Yanuar Yoga & Patut, 2015).

Program yang dilaksanakan oleh Library Creative Center (LCC) pada Dinas Perpustakaan dan kearsipan Provinsi Kalimantan Barat dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan berupa:
a. Kelas kursus Bahasa inggris dan belajar menulis yang dikhususkan untuk anak anak
b. Pelatihan memasak
c. Pelatihan Komputer Dasar
d. Keterampilan Kerajinan Tangan

Melihat program-program yang sudah dijalankan seperti kursus bahasa inggris untuk anak-anak, pelatihan keterampilan bagi masyarakat, serta kursus komputer bahwa Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat memang sudah melakukan transformasi ke perpustakaan berbasis inklusi sosial, walaupun memang program ini masih belum merata di perpustakaan-perpustakaan yang berada di bawah naungan perpustakaan provinsi dan perlu digalakan. Untuk itu, Dinas Perpustakaan dan Kerarsipan Provinsi Kalimantan Barat diharapkan menjadi role model bagi perpustakaan daerah Kabupaten/Kota dan perlu melakukan sosialisasi bagi perpustakaan daerah yang berada di bawah naungnnya untuk mewujudkan perpustakaan berbasis inklusi sosial di seluruh perpustakaan daerah di Kalimantan Barat.

Usaha untuk mewujudkan perpustakaan berbasis inklusi sosial dapat dikembangkan lagi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat dengan menambah inovasi program yang melibatkan masyarakat. Beberapa kegiatan yang dapat melibatkan masyarakat pada perpustakaan dapat berupa kegiatan 1) Worshop Digital Marketing dengan bekerjasama dengan PT. Telkom, 2) Bedah buku dengan penulis, 3) Kelas Ibu hamil dapat bekerjasama dengan Puskesmas (Suko Adhi, 2018).

Pada dasarnya, konsep perpustakaan inklusi sosial dijadikan media yang ditekankan oleh perpustakaan umum untuk masyarakat dalam mengembangkan potensi-potensi diri yang terpendam pada masyarakat melalui program atau kreativitas yang beragam dan menyasar masyarakat (Utami & Wahyu Deni, 2019). Program kreativitas yang diselenggarakan oleh perpustakaan bagi masyarakat sangat diperlukan, perpustakaan bukan hanya sebagai penyedia sarana untuk membaca akan tetapi melalui perpustakaan diharapkan bakat dan minat masyarakat akan tersalurkan. Siregar berpendapat bahwa masyarakat dapat diberdayakan oleh perpustakaan dalam kegiatan mengembangkan potensi dan bakat yang mereka miliki melalui pemanfaatan layanan-layanan yang disediakan oleh perpustakaan (Siregar, 2008).

2.Media Promosi Program LCC

Untuk melibatkan masyarakat pada program kreativitas tersebut tentunya harus dilakukan promosi program, agar program yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Strategi promosi di dalam program Library Creative Center (LCC).adalah melalui komunitas di dalam masyarakat yang disampaikan langsung oleh penyelenggara program Library Creative Center (LCC) tersebut. Selain strategi promosi tersebut, kegiatan promosi juga dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dan web perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kerarsipan Provinsi Kalimantan Barat.

Kegiatan promosi menurut Hernando (2005) sebagai aktivitas mengkomunikasikan yang bertujuan memperkenalkan produk atau jasa pelayanan serta ide atau gagasan melalui berbagai saluran media distribusi. Promosi sebagai bentuk usaha pemasaran dengan mendistribusikan informasi, memberikan sugesti, dan memberikan peringatan pada sasaran atas produknya agar mau menerima (Tjipto, 1997).

3. Ketersedian Sumber Daya Manusia dan Sarana

Penyelenggaraan program tentunya pihak perpustakaan dan pustakawan memiliki keterbatasan untuk menjalankan program tersebut. Untuk itu, pihak perpustakaan dan pustakawan perlu melakukan kerjasama dengan berbagai instansi baik pemerintah maupun pihak swasta untuk penyediaan sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai tujuan program Library Creative Center (LCC). Sumber daya yang dibutuhkan baik sumber daya sarana, maupun sumber daya manusia yang kompeten dalam mendukung terwujudnya seluruh program perpustakaan. Oleh karena itu, perpustakaan dalam menyelenggarakan berbagai program harus berupaya menyediakan sumber daya manusia yang ada dapat menggerakan seluruh program termasukan program bagi masyarakat menggerakan layanan, pengolahan, serta layanan-layanan lainnya.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat telah menyediakan sumber daya manusia dan bekerjasama dengan pihak terkait dalam mensukseskan program Library Creative Center (LCC).dengan harapan agar program yang direncanakan mencapai target. Sumber Daya Manusia yang disediakan berasal dari DEKRANASDA, pegiat literasi, penulis muda dan pelatih dari pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan topik materi yang telah ditentukan oleh penyelenggara sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sumber daya lain menjadi faktor utama dalam mensukseskan program Library Creative Center (LCC) seperti sarana dan prasarana serta anggaran yang memadai sehingga program ini akan terlaksana sesuai target. Sarana dan layanan yang akan menunjang kegiatan Library Creative Center (LCC) ialah layanan konsultasi, layanan bimbingan, dan penyediaan layanan koleksi perpustakaan sebagai literatur untuk masyarakat dalam mengembangkan pengetahuan.

Mewujudkan perpustakaan yang berbasis inklusi sosial tanpa adanya sarana dan prasarana berupa penyediaan layanan-layanan tidak akan mungkin terwujud. Untuk itu perlu penyediaan sarana berupa literatur koleksi sebagai panduan atau referensi sesuai tema-tema yang telah ditentukan oleh penyelenggara. Koleksi merupakan utama dari perpustakaan tanpa koleksi yang memadai, maka perpustakaan tidak dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi pemakainya. Koleksi sebagai bahan yang terkumpul dan sebagai unit informasi dalam format tercetak atau rekam. Keberadaan koleksi dikelola, disimpan, dan sajikan kepada masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi (Hartono, 2016)

4.Target Program LCC

Program Library Creative Center (LCC) merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan layanan terbuka berbasis inklusi sosial. Layanan terbuka berbasis inklusi sosial sebagai upaya mengangkat harkat dan martabat masyarakat yang tentunya memiliki target yang hendak dicapai. Program Library Creative Center (LCC) memiliki target sebagai program yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan kreatifitas di dalam masyarakat agar masyarakat tersebut mampu untuk bersaing di lingkungan masyarakat itu sendiri.

Kemampuan masyarakat untuk bersaing di linkungannya dilakukan melalui pembekalan-pembekalan masyarakat dengan berbagai keterampilan hidup. Keterampilan hidup yang dimaksud adalah masyarakat mampu mendayagunakan faktor-faktor sumber daya yang ada di lingkungannya untuk mensejahterakan hidupnya, misalnya masyarakat mampu memanfaatkan hasil hutan berupa rotan untuk perlengkapan rumahan seperti kursi, keranjang, bakul, kerajinan tangan membuat tempat tisu, membuat masker, membuat makana-makanan ringan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk sendirinya maupun untuk dijual. Hasil kreativitas inilah yang nantinya memiliki nilai jual sehingga masyarakat nantinya akan memiliki nilai tambah terhadap taraf perekonomianya sehingga menjadi masyarakat yang sejahtera.

Konsep perpustakaan berbasis inklusi sosial menempatkan kemandirian serta martabat individu sebagai modal penting dalam meraih kualitas kehidupan yang lebih baik. Melalui inklusi sosial, Program yang ada melakukan dorongan terhadap seluruh elemen masyarakat memperoleh perlakuan setara dan kesempatan yang sama sebagai warga negara. Inklusi sosial merupakan suatu pendekatan untuk pembangunan dan pengembangan lingkungan yang terbuka, mendorong dan mengikutsertakan semua kalangan dengan berbagai perbedaan-perbedaan yang ada. (Warsilah, 2015).

Keberadaan program Library Creative Center (LCC) sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Program ini sangat penting sebagai upaya menanamkan keterampilan bagi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi pada program ini. Akan tetapi partisipasi dan pemanfaatan program oleh masyarakat belum maksimal dikarenakan beberapa faktor mulai dari masyarakat yang belum banyak mengetahui tentang kegiatan ini library creative center (LCC). Partisipasi masyarakat merupakan faktor penentu kesuksesan program library creative center (LCC), sebagai program yang mampu melibatkan masyarakat berkreativitas di perpustakaan. Untuk itu, perlu adanya sosialisasi dan promosi yang lebih intensif terhadap keberadaan dan manfaat program agar partisipasi masyarakat dan pemanfaatan program lebih maksimal. Program Library Creative Center (LCC) perlu mendapatkan respon dan partisipasi masyarakat karena program ini merupakan program untuk kesejahteraan masyarakat. Indikator partisipasi masyarakat terhadap program perpustakaan dapat dilihat dari kunjungan dan keanggotaan pada perpustakaan dan program layanan yang ada (Larasati & Nahak, 2020).

5.Monitoring Program LCC

Pelaksanaan program perpustakaan membutuhkan pengawasan untuk melihat sejauh mana berjalannya kegiatan. Program yang ada pada Library Creative Center (LCC) dilakukan pengawasan dengan pengawasan yang dilakukan dengan cara membuat formasi seksi yang mengawasi jalannya kegiatan Library Creative Center (LCC) dan setelah kegiatan tersebut masing-masing seksi di setiap program memberikan laporan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan. Bentuk pengawasan program yang dilakukan juga pada peserta pelatihan untuk mengawasi efektivitas dan efisien kegiatan peserta.

Pengawasan terhadap program perpustakaan perlu dilakukan pengawasan dimana pengawasan mampu menilai apakah program sudah berjalan secara efektif dan efisien serta mencapai target. Melakukan monitoring dan evaluasi sebagai kegiatan dalam rangka meninjau program yang terlaksana apakah sudah sesuai dengan rencana awal dan apakah telah memperoleh hasil serta adanya dampak pada program yang ada. Monitoring bertujuan agar diketahui keterlaksanaan dan kesesuaian kegiatan antara perencanaan dan standar operasional procedure yang yang ada (Gusfriyanto & Machmud, 2019). Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, bahwa bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak program library creative center pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat sebagai wujud untuk mengendalikan program agar berjalan secara afektif, untuk menilai apakah program sudah berjalan efektif atau tidak, dan menilai laporan yang telah dibuat berdasarkan program yang telah dilakukan.

6.Kendala Pelaksanaan Program LCC

Kesuksesan program Library Creative Center (LCC) pada Dinas Perpustakaan dan Kerasipan Provinsi Kalimantan Barat telah didukung dengan keterserdiaan sumber daya manusia yang akan menjadi narasumber sesuai tema-tema yang telah ditentukan. Namun, untuk menjalankan program ini masih dihadapi kendala terkait ketersediaan anggaran untuk ketersedian fasilitas tempat sarana untuk pelatihan. Fasilitas berupa tempat untuk program Library Creative Center, karena memang program ini harus disesuaikan dengan jenis latihan yang akan diikuti bagi masyarakat sehingga akan mempengaruhi tempat pelatihan itu sendiri.

Untuk mengatasi kendala tersebut, pihak penyelenggara melakukan komunikasi dan memberikan saran kepada kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat untuk menyediakan sarana berupa tempat yang dapat dijadikan praktik oleh masyarakat dalam mengikuti program Library Creative Center (LCC). Sedangkan untuk masalah minimnya anggaran, pihak penyelenggara membuat kebijakan dengan menyesuaikan program latihan dengan anggaran yang tersedia.

Ketersediaan anggaran perpustakaan akan mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana perpustakaan untuk menjalankan program-program perpustakaan seperti program kreativitas bagi masyarakat. Ketersedian anggaran sebagai unsur pokok dalam menjalankan fungsi perpustakaan, tidak adanya anggaran yang mencukupi dalam menjalankan program perpustakaan maka seluruh program yang direncanakan tidak akan berjalan walaupun telah tersedia sumber daya manusia yang handal dan sistem yang baik untuk menjalankan program tersebut (Darmono, 2004). Adanya anggaran sebagai sumber yang pasti dengan jumlah yang memadai dari waktu ke waktu dan diusahakan untuk selalu ditingkatkan setiap tahunnya, adalah sebagai faktor utama dalam mendukung penyelenggaraan program perpustakaan (Sutarno NS, 2003).

Anggaran perpustakaan merupakan sumber utama yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan program perpustakaan tanpa adanya anggaran yang cukup maka mustahil program yang telah ditetapkan berjalan dengan lancar. Kendala kekurangan anggaran akan menjadi penghambat berjalan program. Berdasarkan data di lapangan, bahwa kurangnya naggaran untuk program Library Creative Center (LCC) telah menghambat kesuksesan program Library Creative Center (LCC) dari aspek fasilitas tempat untuk kegiatan. Mengapa demikian? karena keberadaan anggaran yang minim, pihak penyelenggara program tidak bisa menyediakan fasilitas yang representativ untuk digunakan oleh masyarakat dalam melaksanakan program Library Creative Center LCC. Fasilitas dan Prasarana yang memadai merupakan faktor yang mendukung untuk menfasilitasi kegiatan, karena dengan fasilitas yang baik akan memberikan dampak bagi kelancaran berbagai kegiatan.

7. Evaluasi Keberhasilan Program LCC

Program Library Creative Center (LCC) merupakan program yang diperuntukan bagi masyarakat untuk menanamkan skill dan diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat itu sendiri. Untuk itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan melalui program ini melakukan evaluasi terhadap ketercapaian program perpustakaan dalam mewujudkan program perpustakaan berbasis inklusi sosial dengan cara mengukur keberhasilannya dengan melakukan monitoring kepada peserta kegiatan tersebut dengan cara mengevaluasi peserta dari segi apa yang telah mereka lakukan setelah berpartisipasi dan menghasilkan produk yang dapat dijual. Evaluasi ini selalu dilakukan setelah program terlaksana dengan mengirimkan laporan sebagai tindak lanjut program-program berikutnya.

Melakukan evaluasi terhadap produk dilakukan pada akhir suatu program atau acara, dirancang untuk mengukur ketercapaian tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan. Berfokus pada program inklusi sosial, dimana program Library Creative Center (LCC) memiliki target dapat meningkatkatkan taraf pendidikan dan ekonomi masyarakat melalui pelatihan-pelatihan. Evaluasi produk lebih berkaitan dengan kemampuan masyarakat dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari materi yang didapat untuk diterapkan dalam menghasilkan produk berupa keterampilan membuat kerajinan tangan, kemampuan mengoperasikan computer dasar, dan percakapan bahasa inggris. Jadi bentuk evaluasi yang dilakukan oleh Program Library Creative Center ( LCC) berupa evaluasi hasil dari akhir kegiatan program.

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa program ini sudah menunjukan keberhasilan dengan adanya alumni dari program ini yang sudah mengembangkan usahanya dan menjadi narasumber pada program Library Creative Center (LCC). Melihat hal tersebut tentu program ini sangat baik dan telah terbukti memberikan dampak langsung bagi masyarakat dalam bersaing di lingkungannya serta mampu menigkatkan kesejateraan bagi dirinya. Untuk itu, program ini harus terus didukung oleh pihak terkait dengan menyediakan fasilitas dan anggaran yang memadai agar program ini dapat berkembang dan lebih maju kedepannya.

KESIMPULAN

Program LCC yang canangkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat memperoleh tanggapan positif dari masyarakat sebagai program kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis inklusi sosial dianggap memberi dampak peningkatan keterampilan dan pengetahuan kepada peserta walaupun program ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal. Adapun bentuk kegiatannya seperti pelatihan kerajinan tangan mebuat tempat tisu, membuat masker, latihan memasak, pelatihan komputer dasar, pelatihan bahasa Inggris dasar, dan masih banyak lagi. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, keterbatasan anggaran untuk pengadaan sarana pelatihan. Monitoring dan evaluasi telah dilakukan oleh pimpinan yang berupaya membentuk tim pengawas lapangan dalam memantau kegiatan. Sesuai dengan target yang rencanakan oleh program LCC, maka program ini sudah menunjukan keberhasilannya dalam mewujudkan perpustakaan berbasis inklusi sosial dengan indikator keberhasilanya adanya alumni dari program LCC yang telah menghasilkan produk yang telah dipasarkan dan menjadi narasumber dalam program LCC.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, D. (2004). Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Grasindo.
Gill, P. (2001). The Public Library Service: IFLA/UNESCO Guidelines for Development. IFLA and Institution Publication.
Gusfriyanto, F., & Machmud, R. (2019). Analisis Pelaksanaan Program Pengawasan Kedatangan Kapal Laut dari Luar Negeri di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang Tahun 2017. 8(2), 259–268.
Hartono, H. (2016). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Ar-Ruzz Media.
Hernando. (2005). Kode Etik Pustakawan. Departemen Pendidikan Nasional Derektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Derektorat Tenaga Kependidikan.
Larasati, D. C., & Nahak, Y. B. (2020). Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Strategi Pelayanan Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Batu Untuk Meningkatkan Budaya Literasi Pada Masyarakat. JISIP : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 9(2), 140–146.
Mahdi, R. (2020). Perpustakaan Umum Berbasis Inklusi Sosial: Apa dan Bagaimana Penerapannya? (Sebuah Kajian Literatur). Fihris: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 15(2), 201.
Siregar, A. (2008). Perpustakaan Digital: Implikasinya Terhadap Perpustakaan di Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Statistik, B.P. (2021, Januari 4). Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi 2018-2020 . Retrieved from Badan Pusat Statistik : https://www.bps.go.id/indicator/26/494/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html
Suko Adhi, H. (2018). Peran Pustakawan Dalam Mewujudkan Layanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Melalui Program Proliterasiku. Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia, 3(2), 123–131.
Sutarno NS. (2003). Perpustakaan dan Masyarakat. Yayasan Obor Indonesia.
Tjipto, F. (1997). Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Andi Offset.
Utami, D., & Wahyu Deni, P. (2019). Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial untuk Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat. Visi Pustaka 21(1), 31–38.
Warsilah, H. (2015). Pembangunan inklusif sebagai upaya mereduksi eksklusi sosial perkotaan: Kasus kelompok marjinal di Kampung Semanggi, Solo, Jawa Tengah. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 17(2), 207–231.
Yanuar Yoga, P., & Patut, S. (2015). Inklusi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Perpustakaan Desa. Acarya Pustaka, 1(1), 31–40.
Zein, Z., & Wuryani, I. (2011). Standar nasional perpustakaan kabupaten/kota. In Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Perpustakaan Nasional.

Penulis :

Atiqa Nur Latifa Hanum, Sisilya Saman, Sahidi
FKIP Universitas Tanjungpura

Tidak Ada Komentar