Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer

Sebuah kesempatan emas bagi saya dapat bertemu sosok Letnan Kolonen Caj Dr. Drs. Hikmat Israr, MM. Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (Baglitbang) Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat (Disjarahad) yang bermarkas di Kota Bandung, Jawa Barat.

Di balik seragam TNI, prajurit yang hobi menulis ini banyak menorehkan tinta dalam menghimpun sejarah dan biografi tokoh-tokoh besar TNI. Beberapa biografi yang telah ia tulis di antaranya Kolonel A.E. Kawilarang: Panglima Pejuang dan Perintis Kopassus, Meninggalkan Ambon dengan Kepala Tegak: Sekilas Pengabdian Mayjen TNI Djoko Santoso, serta Letjen TNI MMR Kartakusuma: Sosok Prajurit dan Pemikir.

“Saya suka menulis biografi,” ungkapnya saat berbicara santai dengan saya di Cafe Pustaka, Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat, usai mengunjungi ruang-ruang di Perpustakaan, Senin (5 Maret 2019).

Meskipun jam telah menunjukkan pukul 16.45 wib, sayang rasanya membiarkan beliau pergi tanpa ada perbincangan. Bagi saya, bertemu dengan sosok penulis berseragam TNI merupakan kesempatan untuk menggali ilmu meskipun hanya sedikit.

Hikmat Israr pernah bertugas di Maluku saat konflik berdarah Ambon. Dari tugas mengamankan wilayah Timur Indonesia tersebut, dia mendapatkan banyak pengalaman yang sayang jika tak dibukukan. Nampaknya, Israr terinspirasi banyak dari kutipan Sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, bahwa Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

“Saya suka menulis sejarah dengan genre novel yang humanis,” kata dia.

Dari Maluku, ia menelurkan sebuah karya berjudul Ops Maluku. Meskipun bercerita tentang pergolakan berbau agama (SARA) di Ambon, namun sentuhan yang dituturkan dalam buku tersebut tetap humanis.

“Saya ingin menonjolkan sisi humanis dari peristiwa tersebut agar tidak terlalu menyeramkan buat mereka yang membaca,” imbuhnya.

Sekali lagi, Saya mengagumi sosok tentara kelahiran Sumatera Barat ini sebagai orang yang melestarikan budaya menulis para tokoh Sumatera Barat. Sebut saja nama-nama seperti Buya Hamka, Sutan Takdir Alisjahbana, Abdul Muis dan tokoh proklamator Indonesia, Mohammad Hatta. Jejak tokoh-tokoh kelahiran Sumatera Barat ini dilanjutkan oleh Hikmat Israr. (*/nov)