Aplikasi iKalbar: Membangun Budaya Baca Masyarakat Kalimantan Barat di Masa Pandemi Covid-19

Penulis : Atiqa Nur Latifa Hanum & Fajar Al-Khooliqu Baaqii
Artikel telah diterbitkan di Record and Library Journal Volume 7, No. 1, 2021

0
349

Hasil dan Diskusi

Membaca dan Perpustakaan Digital

Xu mendefinisikan digital libraries can be regarded as a collection of digital information resources, including various types of electronic databases and serials, and networked information resources, which can provide users with relevant services through information and communication technologies (Xu & Du, 2019). Pada perkembangan Library 4.0, konsep borderless library semakin direalisasikan dengan tindakan nyata. Perpustakaan digital tidak lagi berbasis web, melainkan mobile. Pemustaka yang ingin menggunakan perpustakaan tidak akan terhalangi dengan mobilitas yang tinggi. Perkembangannya, dengan berupa hadirnya aplikasi perpustakaan yang siap dipakai.

Kehadiran perpustakaan digital harus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengukuran pemanfaatan perpustakaan digital diperoleh dari aksesibilitas dan usabilitas. Aksesibilitas adalah kemudahan dalam menggunakan aplikasi perpustakaan digital dan dapat diukur dengan parameter berupa keterbukaan, ketersediaan, kemudahan, kecepatan, serta kenyamanan. Sedangkan usabilitas adalah sejauh mana aplikasi perpustakaan digital dalam membantu pemustaka sehingga mampu mengoptimalkan kinerjanya saat menggunakan aplikasi dengan parameter efektivitas, efisiensi, dan kemampuan mempelajari (Fatmawati, 2017).

Bagaimanapun juga, membaca merupakan keterampilan dasar yang terkait dengan keberhasilan akademis secara keseluruhan dan membentuk dasar untuk pembelajaran lebih lanjut dan kemajuan pendidikan (Metsäpelto et al., 2017). Clavel pun menjelaskan bahwa reading is essential tool for the intellectual development of a person (Clavel & Mediavilla, 2020). Oleh sebab itu, menumbuhkan budaya membaca harus dilakukan sejak dini, mulai pada pendidikan anak usia dini hingga sekolah dasar merupakan langkah dan waktu terbaik untuk memperkenalkan buku dan kebiasaan membaca. Bekal ini akan berguna untuk membangun masa depan mereka.

Mengenalkan perpustakaan tidak harus selalu datang berkunjung, mengingat mobilitas para orang tua sangat tinggi. Kini perpustakaan semakin dekat, bahkan dalam genggaman. Tidak ada kata sulit bagi para orang tua untuk mendekatkan diri dengan anak-anak mereka. Orang tua yang berperan sebagai role model, dapat memulainya dengan membangun kelekatan dengan anak, mendampingi dan membantu mereka untuk menemukan informasi yang dibutuhkan salah satunya dengan perpustakaan digital. Namun perlu diingat, untuk menumbuhkan minat baca kepada anak bukan hanya dengan sekedar memberikan instruksi membaca tetapi orang tua perlu memberikan contoh nyata agar anak termotivasi. Pada dasarnya, seorang anak menganggap membaca sebagai aktivitas yang diinginkan dan mereka akan secara sukarela terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan membaca, jika mereka percaya bahwa membaca menyenangkan (Pezoa et al., 2019).

Orang tua dapat memulainya dengan memilihkan buku-buku bergambar dan berwarna untuk menstimulus anak melihatnya sebagai sesuatu yang menyenangkan untuk diketahui. Para orang tua juga harus membiasakan diri membaca di hadapan mereka bahkan bertukar pikiran dengan anak saat ada waktu senggang, berargumen berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil membaca bahkan bisa pula mengajak anak berkolaborasi menghasilkan prakarya agar anak termotivasi dan bangga terhadap potensi yang dimilikinya. Pengalaman menarik tersebut mungkin saja berkesan dan memotivasi mereka untuk membaca lebih, memilih sendiri jenis bacaan yang dapat mengembangkan diri mereka kemudian memamerkannya kepada orang tua mereka.

Misalnya saja pada masa pandemi seperti sekarang ini, banyak waktu kebersamaan antara anak dan orang tua, mereka perlu pendampingan pada waktu belajar daring maka orang tua bisa mendampingi belajar anak dengan mencarikan sumber belajar di perpustakaan digital. Dasarnya, orang tua juga harus memiliki kemampuan literasi informasi dan digital. Seiring terbiasanya diri membiasakan diri untuk memperoleh bacaan maka budaya membaca akan terbentuk pada masyarakat. Rumah dan lingkungan terdekat menjadi pijakan awal dalam pembentukan karakter dan hobi anak. Dengan demkian, budaya baca akan lebih mudah terbentuk. Untuk mengukurnya, terdapat beberapa indikator budaya membaca yang dipakai melihat tinggi rendahnya budaya membaca terdiri dari ketersediaan fasilitas membaca, tingkat pemanfaatan sumber bacaan, dan kebiasaan membaca masyarakat (Saepudin, 2015).

Penggunaan Aplikasi iKalbar

Perkembangan teknologi yang disebabkan oleh revolusi industri membuat secara perlahan beberapa aspek melakukan perubahan menuju digitalisasi termasuk perpustakaan. Kehadiran perpustakaan digital membuat orang semakin mudah dan nyaman dalam mencari buku. Sebagai sebuah terobosan baru, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat berusaha untuk membuat aplikasi iKalbar semudah dan senyaman mungkin digunakan oleh penggunanya. Sejak awal peluncuran aplikasi, mulai tahun 2017 – 2019 tercatat total pengguna iKalbar sebanyak 1.224 orang dengan rincian:

Grafik 1. Jumlah Pengguna iKalbar periode 2017 – 2019 (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov.Kalbar, 2019)

Dalam 3 tahun terakhir, pengguna iKalbar terus menunjukkan peningkatan. Terlebih lagi pada masa pandemi covid-19, ketersediaan layanan berbasis digital menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan sumber informasi bagi referensi belajar mereka.
Adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdampak pada keterbatasan akses pengetahuan di lingkungan lembaga pendidikan. Oleh sebab itu, perpustakaan dituntut memberikan layanan digital untuk mempermudah masyarakat memperoleh sumber belajar. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Kalbar berupaya meningkatkan kualitas pelayanan dengan keutamaan kenyamaan pengguna saat mengakses aplikasi tersebut. Untuk mengukur kenyamanan dan kemudahan tersebut, dapat menggunakan dimensi aksesbilitas dan usabilitas dengan indikator yang terdiri dari kemudahan, kenyamanan, ketersediaan, keefisienan, dan keefektifan.

Pada indikator kenyamanan, ada tiga poin yang dibahas yakni kemudahan dalam menginstalasi aplikasi iKalbar, kemudahan dalam mencari buku di iKalbar, dan kemudahan dalam mengakses fitur-fitur di iKalbar. Ketiga item tersebut memiliki jawaban yang beragam dari semua responden. Poin pertama, sebanyak 62,2% responden memilih iKalbar karena tersedia di Play Store dan mudah dalam proses penginstalasian. Prosedur pendaftaran yang mudah dan singkat dengan pilihan login melalui akun aplikasi facebook, akun gmail, ataupun lainnya, meringkas segala persyaratan sebagai anggota perpustakaan yang memiliki hak akses pakai dan baca koleksi digital yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat.

Lalu pada poin kedua yang mengenai kemudahan dalam mencari buku di iKalbar, sebanyak 65,9% responden atau setara dengan 54 orang memiliki pengalaman akses mencari buku di iKalbar sangat mudah. Hal ini berkaitan dengan poin ketiga mengenai kemudahan dalam mengakses fitur iKalbar, pernyataan ini sesuai dengan respon dari 87,9% responden menceritakan pengalaman akses fitur-fitur di iKalbar yang user-friendly sehingga sangat mudah penggunaannya.

Untuk indikator kedua yaitu kenyamanan mengenai aplikasi iKalbar, terdapat dua poin penilaian yaitu dalam segi tampilan buku elektronik dan segi aplikasi yang bersifat tidak berbayar. Mengenai kenyamanan dalam segi tampilan buku elektronik, mayoritas 50 orang dengan persentase 60% responden tidak menemukan rasa tidak nyaman pada tampilan buku elektronik di iKalbar yang mengindikasikan bahwa tampilan buku elektronik di iKalbar terasa nyaman. Di samping itu, faktor tidak perlunya pengguna mengeluarkan biaya berlangganan aplikasi membuat para responden lebih nyaman dalam penggunaannya.

Indikator ketiga mengenai ketersediaan, poin yang ditanyakan kepada para responden yaitu tentang selalu tersedianya buku di iKalbar untuk dipinjam. Mayoritas responden sebanyak 38 orang dengan persentase 46,3% memiliki pengalaman buku di iKalbar selalu tersedia ketika mereka akses. Dilihat dari history peminjaman pada aplikasi tersebut memang menunjukkan sedikitnya peminjam sehingga meskipun hanya tersedia 1 eksemplar per judul koleksi buku, tetapi masih memadai untuk dipinjam oleh pemustaka yang ingin mengakses. Menariknya, 81,7% responden mengakui bahwa mencari buku di iKalbar lebih efisien dibandingkan mencari langsung ke perpustakaan sehingga mereka cenderung mengakses iKalbar.

Hanya saja perlu digarisbawahi, tidak semua koleksi tercetak yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat tersedia di aplikasi iKalbar. Oleh sebab itu, menggunakan iKalbar bisa menjadi acuan awal dalam penelusuran informasi koleksi yang dibutuhkan. Tidak ada salahnya mencari secara langsung ke perpustakaan untuk menemukan koleksi yang berhubungan ataupun berkaitan dengan subjek yang diinginkan. Kehadiran perpustakaan digital berbentuk mobile seperti iKalbar membuat pencarian buku lebih mudah. Pemustaka tidak perlu memakan waktu banyak untuk mencari buku.

Pada masa pandemi, iKalbar menjadi salah satu alternatif masyarakat Kalimantan Barat untuk memperoleh buku dalam versi elektronik dengan berbagai macam subjek dan kemutakhiran terbitan yang bisa diakses kapanpun. Meskipun tingkat penyebaran covid-19 di Kalbar tidak setinggi di Jawa dan Sumatera, tetapi di Kota Pontianak khususnya sebagai ibu kota provinsi, pusat pendidikan, juga terkena dampak PSBB. Alhasil siswa diliburkan namun mereka tetap melakukan pembelajaran secara daring yang secara otomatis baik guru maupun siswa sama-sama membutuhkan sumber belajar.

Baik siswa maupun guru dapat memanfaatkan iKalbar sebagai langkah awal pencarian sumber belajar agar lebih efisien untuk menemukan buku yang diinginkan. Namun di sisi lain, mereka menyayangkan keterbatasan jumlah buku yang dapat dipinjam sehingga belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan referensi belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Connaway dkk dimana siswa menganggap sumber informasi yang ada pada perpustakaan digital lebih andal, namun mereka masih lebih suka menggunakan search engine seperti google dan youtube untuk menemukan informasi dengan cepat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas sekolah ataupun karya tulis ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) (Connaway et al., 2011). Mengacu pada analisis data tersebut maka perlu adanya peningkatan baik layanan maupun ketersedian variasi koleksi agar iKalbar mampu bersaing dengan search engine populer yang sangat diminati generasi milenial sekarang.
Setelah keefisienan pada aplikasi iKalbar, pada dimensi dan indikator berikutnya yaitu mengukur tingkat keefektifan. Sebanyak 95,1% responden menyatakan membaca buku di iKalbar lebih efektif dari pada membaca buku tercetak.

Hal itu disebabkan memudahkan mereka mencari kata tertentu yang dibutuhkan di buku elektronik akan lebih cepat ditemukan sehingga relevan dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Mereka juga dengan mudah melakukan sortir sumber jika kata yang diinginkan tidak ditemukan dalam buku yang telah dipinjam pada iKalbar, akan segera dikembalikan dan memutuskan untuk beralih ke perpustakaan digital lainnya atau bahkan menggunakan google.