Analisis Program Library Creative Center Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat

oleh : Atiqa Nur Latifa Hanum, Sisilya Saman, Sahidi (FKIP Universitas Tanjungpura)

0
308

2.Media Promosi Program LCC

Untuk melibatkan masyarakat pada program kreativitas tersebut tentunya harus dilakukan promosi program, agar program yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Strategi promosi di dalam program Library Creative Center (LCC).adalah melalui komunitas di dalam masyarakat yang disampaikan langsung oleh penyelenggara program Library Creative Center (LCC) tersebut. Selain strategi promosi tersebut, kegiatan promosi juga dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dan web perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kerarsipan Provinsi Kalimantan Barat.

Kegiatan promosi menurut Hernando (2005) sebagai aktivitas mengkomunikasikan yang bertujuan memperkenalkan produk atau jasa pelayanan serta ide atau gagasan melalui berbagai saluran media distribusi. Promosi sebagai bentuk usaha pemasaran dengan mendistribusikan informasi, memberikan sugesti, dan memberikan peringatan pada sasaran atas produknya agar mau menerima (Tjipto, 1997).

3. Ketersedian Sumber Daya Manusia dan Sarana

Penyelenggaraan program tentunya pihak perpustakaan dan pustakawan memiliki keterbatasan untuk menjalankan program tersebut. Untuk itu, pihak perpustakaan dan pustakawan perlu melakukan kerjasama dengan berbagai instansi baik pemerintah maupun pihak swasta untuk penyediaan sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai tujuan program Library Creative Center (LCC). Sumber daya yang dibutuhkan baik sumber daya sarana, maupun sumber daya manusia yang kompeten dalam mendukung terwujudnya seluruh program perpustakaan. Oleh karena itu, perpustakaan dalam menyelenggarakan berbagai program harus berupaya menyediakan sumber daya manusia yang ada dapat menggerakan seluruh program termasukan program bagi masyarakat menggerakan layanan, pengolahan, serta layanan-layanan lainnya.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat telah menyediakan sumber daya manusia dan bekerjasama dengan pihak terkait dalam mensukseskan program Library Creative Center (LCC).dengan harapan agar program yang direncanakan mencapai target. Sumber Daya Manusia yang disediakan berasal dari DEKRANASDA, pegiat literasi, penulis muda dan pelatih dari pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan topik materi yang telah ditentukan oleh penyelenggara sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sumber daya lain menjadi faktor utama dalam mensukseskan program Library Creative Center (LCC) seperti sarana dan prasarana serta anggaran yang memadai sehingga program ini akan terlaksana sesuai target. Sarana dan layanan yang akan menunjang kegiatan Library Creative Center (LCC) ialah layanan konsultasi, layanan bimbingan, dan penyediaan layanan koleksi perpustakaan sebagai literatur untuk masyarakat dalam mengembangkan pengetahuan.

Mewujudkan perpustakaan yang berbasis inklusi sosial tanpa adanya sarana dan prasarana berupa penyediaan layanan-layanan tidak akan mungkin terwujud. Untuk itu perlu penyediaan sarana berupa literatur koleksi sebagai panduan atau referensi sesuai tema-tema yang telah ditentukan oleh penyelenggara. Koleksi merupakan utama dari perpustakaan tanpa koleksi yang memadai, maka perpustakaan tidak dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi pemakainya. Koleksi sebagai bahan yang terkumpul dan sebagai unit informasi dalam format tercetak atau rekam. Keberadaan koleksi dikelola, disimpan, dan sajikan kepada masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi (Hartono, 2016)

4.Target Program LCC

Program Library Creative Center (LCC) merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan layanan terbuka berbasis inklusi sosial. Layanan terbuka berbasis inklusi sosial sebagai upaya mengangkat harkat dan martabat masyarakat yang tentunya memiliki target yang hendak dicapai. Program Library Creative Center (LCC) memiliki target sebagai program yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan kreatifitas di dalam masyarakat agar masyarakat tersebut mampu untuk bersaing di lingkungan masyarakat itu sendiri.

Kemampuan masyarakat untuk bersaing di linkungannya dilakukan melalui pembekalan-pembekalan masyarakat dengan berbagai keterampilan hidup. Keterampilan hidup yang dimaksud adalah masyarakat mampu mendayagunakan faktor-faktor sumber daya yang ada di lingkungannya untuk mensejahterakan hidupnya, misalnya masyarakat mampu memanfaatkan hasil hutan berupa rotan untuk perlengkapan rumahan seperti kursi, keranjang, bakul, kerajinan tangan membuat tempat tisu, membuat masker, membuat makana-makanan ringan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk sendirinya maupun untuk dijual. Hasil kreativitas inilah yang nantinya memiliki nilai jual sehingga masyarakat nantinya akan memiliki nilai tambah terhadap taraf perekonomianya sehingga menjadi masyarakat yang sejahtera.

Konsep perpustakaan berbasis inklusi sosial menempatkan kemandirian serta martabat individu sebagai modal penting dalam meraih kualitas kehidupan yang lebih baik. Melalui inklusi sosial, Program yang ada melakukan dorongan terhadap seluruh elemen masyarakat memperoleh perlakuan setara dan kesempatan yang sama sebagai warga negara. Inklusi sosial merupakan suatu pendekatan untuk pembangunan dan pengembangan lingkungan yang terbuka, mendorong dan mengikutsertakan semua kalangan dengan berbagai perbedaan-perbedaan yang ada. (Warsilah, 2015).

Keberadaan program Library Creative Center (LCC) sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Program ini sangat penting sebagai upaya menanamkan keterampilan bagi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi pada program ini. Akan tetapi partisipasi dan pemanfaatan program oleh masyarakat belum maksimal dikarenakan beberapa faktor mulai dari masyarakat yang belum banyak mengetahui tentang kegiatan ini library creative center (LCC). Partisipasi masyarakat merupakan faktor penentu kesuksesan program library creative center (LCC), sebagai program yang mampu melibatkan masyarakat berkreativitas di perpustakaan. Untuk itu, perlu adanya sosialisasi dan promosi yang lebih intensif terhadap keberadaan dan manfaat program agar partisipasi masyarakat dan pemanfaatan program lebih maksimal. Program Library Creative Center (LCC) perlu mendapatkan respon dan partisipasi masyarakat karena program ini merupakan program untuk kesejahteraan masyarakat. Indikator partisipasi masyarakat terhadap program perpustakaan dapat dilihat dari kunjungan dan keanggotaan pada perpustakaan dan program layanan yang ada (Larasati & Nahak, 2020).

5.Monitoring Program LCC

Pelaksanaan program perpustakaan membutuhkan pengawasan untuk melihat sejauh mana berjalannya kegiatan. Program yang ada pada Library Creative Center (LCC) dilakukan pengawasan dengan pengawasan yang dilakukan dengan cara membuat formasi seksi yang mengawasi jalannya kegiatan Library Creative Center (LCC) dan setelah kegiatan tersebut masing-masing seksi di setiap program memberikan laporan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan. Bentuk pengawasan program yang dilakukan juga pada peserta pelatihan untuk mengawasi efektivitas dan efisien kegiatan peserta.

Pengawasan terhadap program perpustakaan perlu dilakukan pengawasan dimana pengawasan mampu menilai apakah program sudah berjalan secara efektif dan efisien serta mencapai target. Melakukan monitoring dan evaluasi sebagai kegiatan dalam rangka meninjau program yang terlaksana apakah sudah sesuai dengan rencana awal dan apakah telah memperoleh hasil serta adanya dampak pada program yang ada. Monitoring bertujuan agar diketahui keterlaksanaan dan kesesuaian kegiatan antara perencanaan dan standar operasional procedure yang yang ada (Gusfriyanto & Machmud, 2019). Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, bahwa bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak program library creative center pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat sebagai wujud untuk mengendalikan program agar berjalan secara afektif, untuk menilai apakah program sudah berjalan efektif atau tidak, dan menilai laporan yang telah dibuat berdasarkan program yang telah dilakukan.

6.Kendala Pelaksanaan Program LCC

Kesuksesan program Library Creative Center (LCC) pada Dinas Perpustakaan dan Kerasipan Provinsi Kalimantan Barat telah didukung dengan keterserdiaan sumber daya manusia yang akan menjadi narasumber sesuai tema-tema yang telah ditentukan. Namun, untuk menjalankan program ini masih dihadapi kendala terkait ketersediaan anggaran untuk ketersedian fasilitas tempat sarana untuk pelatihan. Fasilitas berupa tempat untuk program Library Creative Center, karena memang program ini harus disesuaikan dengan jenis latihan yang akan diikuti bagi masyarakat sehingga akan mempengaruhi tempat pelatihan itu sendiri.

Untuk mengatasi kendala tersebut, pihak penyelenggara melakukan komunikasi dan memberikan saran kepada kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat untuk menyediakan sarana berupa tempat yang dapat dijadikan praktik oleh masyarakat dalam mengikuti program Library Creative Center (LCC). Sedangkan untuk masalah minimnya anggaran, pihak penyelenggara membuat kebijakan dengan menyesuaikan program latihan dengan anggaran yang tersedia.

Ketersediaan anggaran perpustakaan akan mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana perpustakaan untuk menjalankan program-program perpustakaan seperti program kreativitas bagi masyarakat. Ketersedian anggaran sebagai unsur pokok dalam menjalankan fungsi perpustakaan, tidak adanya anggaran yang mencukupi dalam menjalankan program perpustakaan maka seluruh program yang direncanakan tidak akan berjalan walaupun telah tersedia sumber daya manusia yang handal dan sistem yang baik untuk menjalankan program tersebut (Darmono, 2004). Adanya anggaran sebagai sumber yang pasti dengan jumlah yang memadai dari waktu ke waktu dan diusahakan untuk selalu ditingkatkan setiap tahunnya, adalah sebagai faktor utama dalam mendukung penyelenggaraan program perpustakaan (Sutarno NS, 2003).

Anggaran perpustakaan merupakan sumber utama yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan program perpustakaan tanpa adanya anggaran yang cukup maka mustahil program yang telah ditetapkan berjalan dengan lancar. Kendala kekurangan anggaran akan menjadi penghambat berjalan program. Berdasarkan data di lapangan, bahwa kurangnya naggaran untuk program Library Creative Center (LCC) telah menghambat kesuksesan program Library Creative Center (LCC) dari aspek fasilitas tempat untuk kegiatan. Mengapa demikian? karena keberadaan anggaran yang minim, pihak penyelenggara program tidak bisa menyediakan fasilitas yang representativ untuk digunakan oleh masyarakat dalam melaksanakan program Library Creative Center LCC. Fasilitas dan Prasarana yang memadai merupakan faktor yang mendukung untuk menfasilitasi kegiatan, karena dengan fasilitas yang baik akan memberikan dampak bagi kelancaran berbagai kegiatan.

7. Evaluasi Keberhasilan Program LCC

Program Library Creative Center (LCC) merupakan program yang diperuntukan bagi masyarakat untuk menanamkan skill dan diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat itu sendiri. Untuk itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan melalui program ini melakukan evaluasi terhadap ketercapaian program perpustakaan dalam mewujudkan program perpustakaan berbasis inklusi sosial dengan cara mengukur keberhasilannya dengan melakukan monitoring kepada peserta kegiatan tersebut dengan cara mengevaluasi peserta dari segi apa yang telah mereka lakukan setelah berpartisipasi dan menghasilkan produk yang dapat dijual. Evaluasi ini selalu dilakukan setelah program terlaksana dengan mengirimkan laporan sebagai tindak lanjut program-program berikutnya.

Melakukan evaluasi terhadap produk dilakukan pada akhir suatu program atau acara, dirancang untuk mengukur ketercapaian tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan. Berfokus pada program inklusi sosial, dimana program Library Creative Center (LCC) memiliki target dapat meningkatkatkan taraf pendidikan dan ekonomi masyarakat melalui pelatihan-pelatihan. Evaluasi produk lebih berkaitan dengan kemampuan masyarakat dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari materi yang didapat untuk diterapkan dalam menghasilkan produk berupa keterampilan membuat kerajinan tangan, kemampuan mengoperasikan computer dasar, dan percakapan bahasa inggris. Jadi bentuk evaluasi yang dilakukan oleh Program Library Creative Center ( LCC) berupa evaluasi hasil dari akhir kegiatan program.

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa program ini sudah menunjukan keberhasilan dengan adanya alumni dari program ini yang sudah mengembangkan usahanya dan menjadi narasumber pada program Library Creative Center (LCC). Melihat hal tersebut tentu program ini sangat baik dan telah terbukti memberikan dampak langsung bagi masyarakat dalam bersaing di lingkungannya serta mampu menigkatkan kesejateraan bagi dirinya. Untuk itu, program ini harus terus didukung oleh pihak terkait dengan menyediakan fasilitas dan anggaran yang memadai agar program ini dapat berkembang dan lebih maju kedepannya.

KESIMPULAN

Program LCC yang canangkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat memperoleh tanggapan positif dari masyarakat sebagai program kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berbasis inklusi sosial dianggap memberi dampak peningkatan keterampilan dan pengetahuan kepada peserta walaupun program ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal. Adapun bentuk kegiatannya seperti pelatihan kerajinan tangan mebuat tempat tisu, membuat masker, latihan memasak, pelatihan komputer dasar, pelatihan bahasa Inggris dasar, dan masih banyak lagi. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini, keterbatasan anggaran untuk pengadaan sarana pelatihan. Monitoring dan evaluasi telah dilakukan oleh pimpinan yang berupaya membentuk tim pengawas lapangan dalam memantau kegiatan. Sesuai dengan target yang rencanakan oleh program LCC, maka program ini sudah menunjukan keberhasilannya dalam mewujudkan perpustakaan berbasis inklusi sosial dengan indikator keberhasilanya adanya alumni dari program LCC yang telah menghasilkan produk yang telah dipasarkan dan menjadi narasumber dalam program LCC.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, D. (2004). Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Grasindo.
Gill, P. (2001). The Public Library Service: IFLA/UNESCO Guidelines for Development. IFLA and Institution Publication.
Gusfriyanto, F., & Machmud, R. (2019). Analisis Pelaksanaan Program Pengawasan Kedatangan Kapal Laut dari Luar Negeri di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang Tahun 2017. 8(2), 259–268.
Hartono, H. (2016). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Ar-Ruzz Media.
Hernando. (2005). Kode Etik Pustakawan. Departemen Pendidikan Nasional Derektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Derektorat Tenaga Kependidikan.
Larasati, D. C., & Nahak, Y. B. (2020). Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Strategi Pelayanan Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Batu Untuk Meningkatkan Budaya Literasi Pada Masyarakat. JISIP : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 9(2), 140–146.
Mahdi, R. (2020). Perpustakaan Umum Berbasis Inklusi Sosial: Apa dan Bagaimana Penerapannya? (Sebuah Kajian Literatur). Fihris: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 15(2), 201.
Siregar, A. (2008). Perpustakaan Digital: Implikasinya Terhadap Perpustakaan di Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Statistik, B.P. (2021, Januari 4). Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi 2018-2020 . Retrieved from Badan Pusat Statistik : https://www.bps.go.id/indicator/26/494/1/-metode-baru-indeks-pembangunan-manusia-menurut-provinsi.html
Suko Adhi, H. (2018). Peran Pustakawan Dalam Mewujudkan Layanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Melalui Program Proliterasiku. Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia, 3(2), 123–131.
Sutarno NS. (2003). Perpustakaan dan Masyarakat. Yayasan Obor Indonesia.
Tjipto, F. (1997). Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Andi Offset.
Utami, D., & Wahyu Deni, P. (2019). Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial untuk Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat. Visi Pustaka 21(1), 31–38.
Warsilah, H. (2015). Pembangunan inklusif sebagai upaya mereduksi eksklusi sosial perkotaan: Kasus kelompok marjinal di Kampung Semanggi, Solo, Jawa Tengah. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 17(2), 207–231.
Yanuar Yoga, P., & Patut, S. (2015). Inklusi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Perpustakaan Desa. Acarya Pustaka, 1(1), 31–40.
Zein, Z., & Wuryani, I. (2011). Standar nasional perpustakaan kabupaten/kota. In Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Perpustakaan Nasional.

Penulis :

Atiqa Nur Latifa Hanum, Sisilya Saman, Sahidi
FKIP Universitas Tanjungpura